Orang Indonesia punya beberapa distro Linux buatan sendiri. Tapi melihat tangkapan layar distro mereka malah membuat tidak tertarik untuk menggunakannya. Tidak ada keindahan. Sepertinya hanya sekedar pasang ini-pasang itu lalu diberi nama.
Kemarin saya memasang Blankon 10 Tambora. Ini kali pertama saya memasang distro Linux Indonesia. Tampilan desktop beda dan terlihat bagus.
TAMPILAN
Blankon X Tambora berbasis Debian. Desktop Enviroment (DE) yang digunakan Manokwari. Racikan sendiri. Sepertinya racikan dari Gnome. Keren!
Ada panel kiri untuk aplikasi dan panel kanan untuk jalan pintas untuk fungsi-fungsi operasi yang sering digunakan. Tampilan dock bikin makin imut.
Secara keseluruhan tampilan Blankon X Tambora bagus, eh jangan bagus, kayak Pak Tino Sidin saja. Tampilan Blankon X Tambora sangat cantik.
PERFORMA
Awalnya ragu menggunakan distro ini karena menggunakan Gnome. Gnome cantik tapi berat. Laptop saya kuno. Pernah pakai Gnome tapi langsung ganti distro lain.
Kalau Manokwari beda banget. Responsif. Saya tidak mengecek RAM yang digunakan oleh DE ini tapi level responsifnya bisa bersaing dari XFCE atau MATE.
KUTUAN
Setelah memuji, sekarang membicarakan sisi negatifnya. Yang paling terasa adalah ketika mau memperbarui dan memasang aplikasi. Selalu muncul pesan kesalahan dari repository. Menyebalkan. Solusinya dengan menggunakan repo dari Ridon.
Tidak bisa menggunakan PPA. Mungkin ini ada solusinya. Cuma ya tidak bisa langsung memasukkan PPA seperti distro berbasis Ubuntu.
Dock tidak bisa dimodifikasi. Sepertinya. Bisa tapi mungkin tidak mudah.
Beberapa kali aplikasinya hang seperti Corebird dan Terminal. Ketika mau mematikan laptop, setelah ngeklik tombol shutdown juga nge-lag.
Ketika membuka aplikasi yang menutup Dock, harus mengecilkan aplikasinya dulu. Padahal kalau distro lain, cukup arahkan mouse ke bagian bawah layar, Dock akan muncul.
KESIMPULAN
Saya suka dengan distro Linux ini. Tapi masalah repo mudah-mudahan cepat diperbaiki.
Kemarin saya memasang Blankon 10 Tambora. Ini kali pertama saya memasang distro Linux Indonesia. Tampilan desktop beda dan terlihat bagus.
TAMPILAN
Blankon X Tambora berbasis Debian. Desktop Enviroment (DE) yang digunakan Manokwari. Racikan sendiri. Sepertinya racikan dari Gnome. Keren!
Ada panel kiri untuk aplikasi dan panel kanan untuk jalan pintas untuk fungsi-fungsi operasi yang sering digunakan. Tampilan dock bikin makin imut.
Secara keseluruhan tampilan Blankon X Tambora bagus, eh jangan bagus, kayak Pak Tino Sidin saja. Tampilan Blankon X Tambora sangat cantik.
PERFORMA
Awalnya ragu menggunakan distro ini karena menggunakan Gnome. Gnome cantik tapi berat. Laptop saya kuno. Pernah pakai Gnome tapi langsung ganti distro lain.
Kalau Manokwari beda banget. Responsif. Saya tidak mengecek RAM yang digunakan oleh DE ini tapi level responsifnya bisa bersaing dari XFCE atau MATE.
KUTUAN
Setelah memuji, sekarang membicarakan sisi negatifnya. Yang paling terasa adalah ketika mau memperbarui dan memasang aplikasi. Selalu muncul pesan kesalahan dari repository. Menyebalkan. Solusinya dengan menggunakan repo dari Ridon.
Tidak bisa menggunakan PPA. Mungkin ini ada solusinya. Cuma ya tidak bisa langsung memasukkan PPA seperti distro berbasis Ubuntu.
Dock tidak bisa dimodifikasi. Sepertinya. Bisa tapi mungkin tidak mudah.
Beberapa kali aplikasinya hang seperti Corebird dan Terminal. Ketika mau mematikan laptop, setelah ngeklik tombol shutdown juga nge-lag.
Ketika membuka aplikasi yang menutup Dock, harus mengecilkan aplikasinya dulu. Padahal kalau distro lain, cukup arahkan mouse ke bagian bawah layar, Dock akan muncul.
KESIMPULAN
Saya suka dengan distro Linux ini. Tapi masalah repo mudah-mudahan cepat diperbaiki.
judul postingannya keren om... agak repot juga sih kalo repo resmi nya susah diakses... nice artikel...
BalasHapus